Bagi seorang script writer, bisa jadi menulis merupakan sebuah kebutuhan. Karena boleh jadi hal tersebut merupakan tuangan aktualisasi diri. Menulis untuk program televisi, Tak menuntut pakem yang baku memang, tetapi keselarasan antara gambar dan bentuk narasi adalah tuntutan utama, karena keduanya akan saling menudukung satu sama lain. Namun diatas itu semua, yang paling penting diperhatikan adalah untuk siapa kita menulis. Karenanya segmentasi untuk siapa program tersebut diperuntukan adalah hal pertama yang harus diketahui oleh seorang scriptwriter sebelum ia bekerja. Tak jauh beda dengan radio, media Audio Visual menggunakan bahasa tutur, dalam penulisan narasinya. Pertanyaan atas jawaban bagaimana kita bisa menulis tanpa harus bersikap menggurui atau bahkan membodohi, adalah bagaimana cara seorang scriptwriter banyak menggali ide-ide dengan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan sebenarnya adalah guru dan inspirasi yang tak pernah mati.
Media Televisi berkembang sangat cepat. Karenanya seiring dengan perkembangan waktu Televisi tampil menjadi primadona dalam penyampaian informasi. Tak heran, karena televisi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan media lain. Sebut saja, media visual yang ditawarkan, tak hanya berupa gambar, namun berbentuk video bergerak atau sinematografi.
Masyarakat dibuat seolah olah melihat sendiri akan suatu peristiwa. Informasi seperti inilah yang menarik masyarakat saat ini. Apalagi Di era sekarang kerangka penyampaian informasi yang harus up todate, selalu mengusung ketepatan , kecepatan dan keakurasian sebuah informasi.
Karenanya Televisi sebagai media audio visual diakui atau tidak merupakan media penyampai informasi yang diharapkan paling lengkap untuk menjawab segala bentuk keingin tahuan masyarakat akan suatu peristiwa.
Secara implisit, bicara tentang penyampaian informasi media televisi, sebenarnya kita berbicara juga tentang komunikasi antar manusia yang difokuskan pada media elektronik audio visual.
Media televisi dituntut untuk menjadi komunikator yang lebih efektif, mudah di mengerti serta jauh dari kesan bertele- tele. Oleh sebab itulah, penulisan berita untuk media visual tidak sedetil pada media cetak atau media elektronik lainnya . Bagi seorang script writer, bisa jadi menulis merupakan sebuah kebutuhan. Karena boleh jadi hal tersebut merupakan tuangan aktualisasi diri. Menulis untuk program televisi, Tak menuntut pakem yang baku memang, tetapi keselarasan antara gambar dan bentuk narasi adalah tuntutan utama, karena keduanya akan saling menudukung satu sama lain. Namun diatas itu semua, yang paling penting diperhatikan adalah untuk siapa kita menulis. Karenanya segmentasi untuk siapa program tersebut diperuntukan adalah hal pertama yang harus diketahui oleh seorang scriptwriter sebelum ia bekerja. Tak jauh beda dengan radio, media Audio Visual menggunakan bahasa tutur, dalam penulisan narasinya. Pertanyaan atas jawaban bagaimana kita bisa menulis tanpa harus bersikap menggurui atau bahkan membodohi, adalah bagaimana cara seorang scriptwriter banyak menggali ide-ide dengan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan sebenarnya adalah guru dan inspirasi yang tak pernah mati.
Prinsip dasar komunikasi effektif
“ Naskah tidak dibuat sebagai sebuah naskah ( script ) saja , melainkan merupakan tuangan ide yang ada dalam pikiran seorang penulis naskah berita ( news writer ), atau seorang agency copywriter, ataupun specialis lainnya dalam bidang broadcast scriptwriting. “ (Rosiana Silalahi-Achor SCTV )
Naskah sebenarnya merupakan penjabaran ide dalam huruf- huruf. Awal dari sebuah penulisan adalah ide. Sedang langkah berikutnya adalah memproyeksikan ide tersebut kedalam kata- kata. Penulisan naskah untuk televisi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penulisan naskah untuk radio. Dalam naskah tersebut harus difikirkan pula pemilihan kata- kata yang paling efektif dan segar serta bagaimana menyusun kata- kata tersebut dengan baik, atau lebih terkesan lebih enak di dengar. Kita menyebutnya sebagai the art of writing.
Kerangka global penulisan Narasi untuk TV.
Dibandingkan dengan penulisan naskah untuk radio, sebenarnya kerangka penulisan naskah untuk televisi tidak jauh berbeda. Bahasa yang digunakan adalah bahasa komunikasi standar, yakni bahasa baku atau bahasa yang digunakan masyarakat secara luas, dengan dibatasi kaidah kata dan mengikuti perkembangan masyarakat.
Ciri khas bahasa Televisi
1. Singkat dan padat, berhubungan dnegan jumlah kata dan kalimat. Dengan menggunakan kata yang sedikit, namun maknanya bisa ditangkap oleh pemirsa. Hal ini mengacu pada Televisi yang tak hanya menampilkan media audio, tetapi juga penggambaran secara visual.
2. Sederhana, Pilihan kata atau ungkapan dan kesederhanaan gaya bahasa.
3. Lugas.
4. Menarik.
5. Bahasa dan penulisan harus memperhatikan the art of writing
Sesuai dengan tingkat wawasan dan intelektualitas pemirsanya
Pedoman bahasa Televisi
Bahasa Televisi khususnya untuk program produksi dan program news ( bahasa jurnalistik ) terdapat lima prinsip kunci sebagai berikut :
1. Diucapkan atau dituturkan.
Naskah siaran harus berupa bahasa tutur, bukan bahasa cetak. Hindari kata- kata yang bersifat cetak. Misal : “ seperti dijelaskan diatas…., “ penggunaan kata “ Atas “ tentu saja tidak di perkenankan, karena pemirsa tidak bisa melihat informasi sebelumnya. Kata “atas “ sebaiknya di ganti dengan “ tadi” atau “ sebelumnya “
2. Dari orang ke orang.
Naskah siaran hendaknya menggunakan bahasa pergaulan. Hal ini penting untuk lebih menambah kelancaan komunikasi antara media dan pemirsanya.
3. Sinkronisasi dengan gambar yang ditampilkan.
Naskah yang disampaikan harus sesuai dengan sinematografi yang ditampilkan. Inilah yang membedakan televisi dengan media yang lainnya. Keakurasian lebih dipertimbangkan dalam penyampaikan sebuah informasi. Dalam dunia Audio visual, seorang penulis naskah atau jurnalist harus menyampaikan infomasi sesuai dengan gambar yang ada.
Struktur penulisan News dan produksi untuk TV
Penulisan narasi untuk televisi terdapat 2 hal yang berbeda. Yakni penulisan narasi untuk PRODUKSI dan penulisan narasi untuk BERITA
Secara prinsip keduanya mempunyai perbedaan yakni
- Penulisan untuk produksi lebih bersifat luwes dan bisa menggunakan permainan gaya bahasa, perumpaan, berbagai majas dan tidak dibatasi dengan penggunaan gaya bahasa. Biasanya penulisannya disesuaikan dengan program. Berbeda dengan penulisan narasi untuk news, yang lebih banyak mengacu pada kaidah – kaidah penulisan jurnalistik, dan sebisanya tidak menggunakan bahasa yang bertele- tele.
- Struktur Penulisan Narasi untuk berita TV. Berita- berita di Televisi ditampilkan melalui Voice over +slide bulletins ( gambar – gambar berita yang dilatar belakangi dengan narasi ) yang ringkas ( summeries ) sebagai bagian dari pengembangan network production.
Berita dalam televisi dikatagorikan menjadi 2 yakni
1. Hard news events. Antara lain : kebakaran, kejahatan, bencana alam, peristiwa yang tidak diharapkan , dsb
2. Soft news atau berita- berita ringan
Pola yang dianggap ideal dalam berita Televisi disebut cerita lima kalimat ( a five sentence news story ) artinya, bila mungkin tiap topik berita cukup terdiri dari lima hal sebagai berikut :
1. Inti berita ( lead )
2. Detil yang penting
3. Latar belakang peristiwa
4. Detil lain
5. Intepretasi peristiwa
Alur kerja penulisan naskah berita pada Televisi
Penulis naskah berita televisi adalah sorang journalist ( wartawan ) atau reporter. yang bertugas untuk menyampaikan sebuah informasi kepada pemirsanya. Ada kalanya seorang reporter juga dibekali dengan kemampuan untuk mengabil gamabr melalui camera atau handycam.
Di lokasi kejadian peritiwa, yang harus dilakukan reporter adalah sebagai berikut :
1. Merekam wawancara dengan orang- orang yang dimintai keterangan
2. Merekam general shot Yakni kumpulan gambar peristiwa tersebut.
3. Merekam Stand up ( rekaman gamabr reporter ) yang melakukan petisi ( penyampaian informasi secara singkat untuk menutup reportase ). Namun poin 3 ini tidak harus dilakukan, bila tidak begitu urgent. Apalagi jika reporter memegang kamera sendiri.
4. Membuat catatan – catatan di lapangan yang dipergunakan untuk sebuah naskah pada saat melakukan penulisan.
Setelah kembali ke studio, beberapa hal yang dilakukan :
1. me-review tape hasil rekaman dengan sequences yang tepat dan sesuai dengan urutan peristiwa. Biasanya pemutaran ini di barengi dengan proses canture gambar ke komputer. Dalam tahap ini seorang reporter akan mengingat kembali peristiwa dilapangan sebgai bekal untuk menulis.
2. menyusun naskah berita
3. Take voice. Pembacaan naskah berita yang telah siap, bisa dilakukan dengan 2 versi yakni secara live ( pada saat on air berita ) atau pada saat proses editing. Pembacaan naskah – voice over di rekam di editing, kemudian editor menyelaraskan antara suara narasi dengan gambar yang diperoleh dilapangan. Tentu saja faktor durasi menjadi petimbangan pada tahap ini. Berita televisi yang idela tidaklebih dari 3 menit dalam penyampaiannya. Disinilah peran editor untuk mengedit berita, agar tak berkesan bertele- tele, ringkas tetapi tidak menguangi isi berita.
4. Redered. – proses menyatukan gambar , narasi dan soundeffect ( bila diperlukan ) kedalam suatu file mpeg2, lalu dikirim ke master control. Sementara di Studio blue screen telah siap news reader yang akan membaca lead melalui sebuah telepromter, sebagai pengantar berita yang akan disajikan.