Menulis Naskah Untuk Televisi

Bagi seorang script writer, bisa jadi menulis merupakan sebuah kebutuhan. Karena boleh jadi hal tersebut merupakan tuangan aktualisasi diri. Menulis untuk program televisi, Tak menuntut pakem yang baku memang, tetapi keselarasan antara gambar dan bentuk narasi adalah tuntutan utama, karena keduanya akan saling menudukung satu sama lain. Namun diatas itu semua, yang paling penting diperhatikan adalah untuk siapa kita menulis. Karenanya segmentasi untuk siapa program tersebut diperuntukan adalah hal pertama yang harus diketahui oleh seorang scriptwriter sebelum ia bekerja. Tak jauh beda dengan radio, media Audio Visual menggunakan bahasa tutur, dalam penulisan narasinya. Pertanyaan atas jawaban bagaimana kita bisa menulis tanpa harus bersikap menggurui atau bahkan membodohi, adalah bagaimana cara seorang scriptwriter banyak menggali ide-ide dengan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan sebenarnya adalah guru dan inspirasi yang tak pernah mati.
Media Televisi berkembang sangat cepat. Karenanya seiring dengan perkembangan waktu Televisi tampil menjadi primadona dalam penyampaian informasi. Tak heran, karena televisi mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan media lain. Sebut saja, media visual yang ditawarkan, tak hanya berupa gambar, namun berbentuk video bergerak atau sinematografi.
Masyarakat dibuat seolah olah melihat sendiri akan suatu peristiwa. Informasi seperti inilah yang menarik masyarakat saat ini. Apalagi Di era sekarang kerangka penyampaian informasi yang harus up todate, selalu mengusung ketepatan , kecepatan dan keakurasian sebuah informasi.
Karenanya Televisi sebagai media audio visual diakui atau tidak merupakan media penyampai informasi yang diharapkan paling lengkap untuk menjawab segala bentuk keingin tahuan masyarakat akan suatu peristiwa.
Secara implisit, bicara tentang penyampaian informasi media televisi, sebenarnya kita berbicara juga tentang komunikasi antar manusia yang difokuskan pada media elektronik audio visual.
Media televisi dituntut untuk menjadi komunikator yang lebih efektif, mudah di mengerti serta jauh dari kesan bertele- tele. Oleh sebab itulah, penulisan berita untuk media visual tidak sedetil pada media cetak atau media elektronik lainnya . Bagi seorang script writer, bisa jadi menulis merupakan sebuah kebutuhan. Karena boleh jadi hal tersebut merupakan tuangan aktualisasi diri. Menulis untuk program televisi, Tak menuntut pakem yang baku memang, tetapi keselarasan antara gambar dan bentuk narasi adalah tuntutan utama, karena keduanya akan saling menudukung satu sama lain. Namun diatas itu semua, yang paling penting diperhatikan adalah untuk siapa kita menulis. Karenanya segmentasi untuk siapa program tersebut diperuntukan adalah hal pertama yang harus diketahui oleh seorang scriptwriter sebelum ia bekerja. Tak jauh beda dengan radio, media Audio Visual menggunakan bahasa tutur, dalam penulisan narasinya. Pertanyaan atas jawaban bagaimana kita bisa menulis tanpa harus bersikap menggurui atau bahkan membodohi, adalah bagaimana cara seorang scriptwriter banyak menggali ide-ide dengan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena lingkungan sebenarnya adalah guru dan inspirasi yang tak pernah mati.

Prinsip dasar komunikasi effektif
“ Naskah tidak dibuat sebagai sebuah naskah ( script ) saja , melainkan merupakan tuangan ide yang ada dalam pikiran seorang penulis naskah berita ( news writer ), atau seorang agency copywriter, ataupun specialis lainnya dalam bidang broadcast scriptwriting. “ (Rosiana Silalahi-Achor SCTV )
Naskah sebenarnya merupakan penjabaran ide dalam huruf- huruf. Awal dari sebuah penulisan adalah ide. Sedang langkah berikutnya adalah memproyeksikan ide tersebut kedalam kata- kata. Penulisan naskah untuk televisi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penulisan naskah untuk radio. Dalam naskah tersebut harus difikirkan pula pemilihan kata- kata yang paling efektif dan segar serta bagaimana menyusun kata- kata tersebut dengan baik, atau lebih terkesan lebih enak di dengar. Kita menyebutnya sebagai the art of writing.
Kerangka global penulisan Narasi untuk TV.
Dibandingkan dengan penulisan naskah untuk radio, sebenarnya kerangka penulisan naskah untuk televisi tidak jauh berbeda. Bahasa yang digunakan adalah bahasa komunikasi standar, yakni bahasa baku atau bahasa yang digunakan masyarakat secara luas, dengan dibatasi kaidah kata dan mengikuti perkembangan masyarakat.

Ciri khas bahasa Televisi
1. Singkat dan padat, berhubungan dnegan jumlah kata dan kalimat. Dengan menggunakan kata yang sedikit, namun maknanya bisa ditangkap oleh pemirsa. Hal ini mengacu pada Televisi yang tak hanya menampilkan media audio, tetapi juga penggambaran secara visual.
2. Sederhana, Pilihan kata atau ungkapan dan kesederhanaan gaya bahasa.
3. Lugas.
4. Menarik.
5. Bahasa dan penulisan harus memperhatikan the art of writing
Sesuai dengan tingkat wawasan dan intelektualitas pemirsanya

Pedoman bahasa Televisi
Bahasa Televisi khususnya untuk program produksi dan program news ( bahasa jurnalistik ) terdapat lima prinsip kunci sebagai berikut :
1. Diucapkan atau dituturkan.
Naskah siaran harus berupa bahasa tutur, bukan bahasa cetak. Hindari kata- kata yang bersifat cetak. Misal : “ seperti dijelaskan diatas…., “ penggunaan kata “ Atas “ tentu saja tidak di perkenankan, karena pemirsa tidak bisa melihat informasi sebelumnya. Kata “atas “ sebaiknya di ganti dengan “ tadi” atau “ sebelumnya “
2. Dari orang ke orang.
Naskah siaran hendaknya menggunakan bahasa pergaulan. Hal ini penting untuk lebih menambah kelancaan komunikasi antara media dan pemirsanya.
3. Sinkronisasi dengan gambar yang ditampilkan.
Naskah yang disampaikan harus sesuai dengan sinematografi yang ditampilkan. Inilah yang membedakan televisi dengan media yang lainnya. Keakurasian lebih dipertimbangkan dalam penyampaikan sebuah informasi. Dalam dunia Audio visual, seorang penulis naskah atau jurnalist harus menyampaikan infomasi sesuai dengan gambar yang ada.

Struktur penulisan News dan produksi untuk TV
Penulisan narasi untuk televisi terdapat 2 hal yang berbeda. Yakni penulisan narasi untuk PRODUKSI dan penulisan narasi untuk BERITA
Secara prinsip keduanya mempunyai perbedaan yakni

  • Penulisan untuk produksi lebih bersifat luwes dan bisa menggunakan permainan gaya bahasa, perumpaan, berbagai majas dan tidak dibatasi dengan penggunaan gaya bahasa. Biasanya penulisannya disesuaikan dengan program. Berbeda dengan penulisan narasi untuk news, yang lebih banyak mengacu pada kaidah – kaidah penulisan jurnalistik, dan sebisanya tidak menggunakan bahasa yang bertele- tele.
  • Struktur Penulisan Narasi untuk berita TV. Berita- berita di Televisi ditampilkan melalui Voice over +slide bulletins ( gambar – gambar berita yang dilatar belakangi dengan narasi ) yang ringkas ( summeries ) sebagai bagian dari pengembangan network production.

Berita dalam televisi dikatagorikan menjadi 2 yakni
1. Hard news events. Antara lain : kebakaran, kejahatan, bencana alam, peristiwa yang tidak diharapkan , dsb
2. Soft news atau berita- berita ringan

Pola yang dianggap ideal dalam berita Televisi disebut cerita lima kalimat ( a five sentence news story ) artinya, bila mungkin tiap topik berita cukup terdiri dari lima hal sebagai berikut :
1. Inti berita ( lead )
2. Detil yang penting
3. Latar belakang peristiwa
4. Detil lain
5. Intepretasi peristiwa

Alur kerja penulisan naskah berita pada Televisi
Penulis naskah berita televisi adalah sorang journalist ( wartawan ) atau reporter. yang bertugas untuk menyampaikan sebuah informasi kepada pemirsanya. Ada kalanya seorang reporter juga dibekali dengan kemampuan untuk mengabil gamabr melalui camera atau handycam.
Di lokasi kejadian peritiwa, yang harus dilakukan reporter adalah sebagai berikut :
1. Merekam wawancara dengan orang- orang yang dimintai keterangan
2. Merekam general shot Yakni kumpulan gambar peristiwa tersebut.
3. Merekam Stand up ( rekaman gamabr reporter ) yang melakukan petisi ( penyampaian informasi secara singkat untuk menutup reportase ). Namun poin 3 ini tidak harus dilakukan, bila tidak begitu urgent. Apalagi jika reporter memegang kamera sendiri.
4. Membuat catatan – catatan di lapangan yang dipergunakan untuk sebuah naskah pada saat melakukan penulisan.

Setelah kembali ke studio, beberapa hal yang dilakukan :
1. me-review tape hasil rekaman dengan sequences yang tepat dan sesuai dengan urutan peristiwa. Biasanya pemutaran ini di barengi dengan proses canture gambar ke komputer. Dalam tahap ini seorang reporter akan mengingat kembali peristiwa dilapangan sebgai bekal untuk menulis.
2. menyusun naskah berita
3. Take voice. Pembacaan naskah berita yang telah siap, bisa dilakukan dengan 2 versi yakni secara live ( pada saat on air berita ) atau pada saat proses editing. Pembacaan naskah – voice over di rekam di editing, kemudian editor menyelaraskan antara suara narasi dengan gambar yang diperoleh dilapangan. Tentu saja faktor durasi menjadi petimbangan pada tahap ini. Berita televisi yang idela tidaklebih dari 3 menit dalam penyampaiannya. Disinilah peran editor untuk mengedit berita, agar tak berkesan bertele- tele, ringkas tetapi tidak menguangi isi berita.
4. Redered. – proses menyatukan gambar , narasi dan soundeffect ( bila diperlukan ) kedalam suatu file mpeg2, lalu dikirim ke master control. Sementara di Studio blue screen telah siap news reader yang akan membaca lead melalui sebuah telepromter, sebagai pengantar berita yang akan disajikan.

Langkah-Langkah Menulis Naskah

Langkah penulisan sebuah program video biasanya terdiri dari serangkaian kegiatan yaitu :
· Merumuskan ide
· Riset
· Penulisan outline
· Penulisan sinopsis
· Penulisan treatment
· Penulisan naskah
· Reviu naskah
· Finalisasi naskah

Ide sebuah cerita yang akan dibuat menjadi program video dan televisi dapat diambil dari cerita yang sesungguhnya (true story) atau non fiksi dan rekaan atau fiksi. Banyak sekali sumber ide yang dapat dijadikan inspirasi untuk menulis sebuah script video dan televisi. Misalnya, novel, cerita nyata, dan lain-lain. Film JFK merupakan contoh film yang digali dari peristiwa terbunuhnya salah seorang presiden termuda di Amerika Serikat. Oliver Stone, penulis sekaligus sutradara menggunakan banyak sumber informasi untuk membuat film tersebut sehingga dapat bertutur secara objektif.

Riset sangat diperlukan setelah Anda telah menemukan sebuah ide yang akan dibuat menjadi sebuah program. Riset dalam konteks ini adalah suatu upaya mempelajari dan mengumpulkan informasi yang terkait dengan naskah yang akan ditulis. Sumber informasi dapat berupa buku, koran atau bahan publikasi lain dan orang atau narasumber yang dapat memberi informasi yang akurat tentang isi atau substansi yang akan ditulis.

Setelah memahami hasil riset atau informasi yang terkumpul, anda dapat membuat kerangka atau outline dari informasi yang akan Anda tuangkan menjadi sebuah script. Outline pada umumnya berisi garis besar informasi yang akan Anda akan tulis menjadi sebuah script.

Langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis atau deskripsi singkat mengenai program yang akan Anda tulis. Sinopsis dan outline akan membantu memfokuskan perhatian Anda pada pengembangan ide yang telah Anda pilih sebelumnya. Penulisan sinopsis harus jelas sehingga dapat memberi gambaran tentang isi program video atau televisi yang akan kita buat.

Menulis naskah harus didasarkan pada rencana yang telah dibuat yang meliputi outline, synopsis dan treatment. Seorang penulis harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan treatment menjadi sebuah naskah. Treatment yang ditulis dengan baik merupakan fondasi yang kokoh yang diperlukan untuk menulis sebuah naskah. Sebuah treatment harus berisi deskripsi yang jelas tentang lokasi,waktu, pemain, adegan dan property yang akan direkam ke dalam program video. Treatment juga menggambarkan tentang sistematika atau sequence program video atau televisi yang akan diproduksi.
Penulisan sebuah naskah harus didasarkan pada treatment yang dibuat. Walaupun dalam menulis naskah penulis dapat melakukan perubahan, tapi sebaiknya perubahan yang dilakukan tidak merupakan perubahan yang bersifat substantif. Perubahan sebaiknya bersifat kreatif dan tidak mengubah substansi program. Oleh karena itu treatment harus kokoh dan jelas. Dalam menulis Penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan naskah yang benar.

Draf naskah yang telah selesai ditulis perlu ditelaah untuk melihat kebenaran substansinya dan juga cara penyampaian pesannya. Draf naskah harus ditelaah oleh orang yang mengerti substansi isi program (content expert) dan ahli media (media specialist).

Peran Media dalam Pembelajaran

Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar ini mencakup beberapa tahapan, seperti :

  • Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.
  • Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.
  • Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.

Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2002; 137).
Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media
ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
· Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.
· Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
· Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis :
· audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.
· Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
Sementara itu, selain media-media tersebut di atas, di lembaga pendidikan kehadiran perangkat komputer telah merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain sangat banyak pengguna jasa dibidang komputer yang mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor,tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pengajar terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan pengajaran
sejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatas informasi dan pelatihan yang mereka peroleh. Komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mencakup tutor, tutee dan tools dalam implementasi dan aplikasi bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh BJ Habibie bahwa dewasa ini tidak ada satu disiplin ilmu pengetahuan yang tidak menggunakan cara berfikir analitis, matematis, dan numerik (Baisoetii, 1998). Kenyataan ini menunjukan bahwa peran komputer akan menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar, terutama dalam penataan kemampuan berfikir, bernalar an pengambilan keputusan dalam era persaingan yang sangat kompetitif. Salah satu kompetensi roses belajar mengajar bagi seorang pengajar adalah keterampilan mengajak dan membangkitkan ahasiswa berpikir kritis. Kemampuan itu didukung oleh kemampuan pengajar dalam menggunakan media ajar. (Daniel, Jos,1986). Peranan pengajar sebagai motivator penting artinya dalam rangka eningkatkan kegairahan dalam pengembangan kegiatan belajar mahasiswa, pengajar harus dapat eransang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi mahasiswa,menumbuhkan aktivitas dan kereativitas sehingga terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

(Sumber : Adri, Muhammad. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Media Pembelajaran. http://www.ilmukomputer.com)

Pengertian Media Pendidikan

1. Menurut Rossi dan Breidle Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan

2. Menurut Brown Segala sumber yang dapat berupa alat atau perlengkapan apapun yang digunakan oleh guru atau murid dalam proses belajar mengajar yang akan meningkatkan efektivitas program belajar. Media pendidikan terdiri dari hardware dan software.

Dasar- Dasar Penggunaan Media

1.Dasar Filosofis yaitu Panca indera pintu masuk segala pengetahuan

2. Dasar Psikologis yaitu Fungsi jiwa memiliki peranan yang berbeda- beda untuk dapat mengembangkan dan melatih kekuatan.

3. Dasar Didaktis yaitu Prinsip peragaan, perhatian, dan keaktifan.

Klasifikasi dan Macam Media

  • Dilihat dari sifatnya:

Media auditif, media visual, media audiovisual

  • Dilihat dari kemampuan jangkauannya:

Daya liput luas dan serentak dan daya liput terbatas oleh ruang

  • Dilihat dari cara atau teknik pemakaianya:

Diproyeksikan dan tidak diproyeksikan

Fungsi Media Pendidikan

  • Melampaui batas pengalaman pribadi
  • Meliputi batas- batas ruangan kelas
  • Menggantikan benda besar yang tidak mungkin dibawa ke ruang kelas
  • Hal- hal yang terlampau lambat geraknya tak mungkin dilihat

Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Merosot ?

Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut antara lain manajemen pendidikan, kualitas guru, sarana dan prasarana yang ada dan peran serta masyarakat. Disampig itu perlu peninjauan kembali peraturan-peraturan pemerintah yang mendukung terciptanya kondisi aktual tersebut. Oleh sebab itu perlu pemikiran kembali pembangunan pendidikan dengan melakukan berbagai perbaikan yang mengikutsertakan berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah :
  • Menghimpun masukan dari berbagai pihak dan mengkaji isu-isu strategis pendidikan.
  • Melakukan telaah kritis terhadap kondisi pendidikan.
  • Mendorong terbangunnya wacana baru dan opini publik yang konstruktif dan terarah di bidang pendidikan

Sistem Pendidikan di Indonesia

Sistem pendidikan Indonesia tidak membuat siswa kreatif karena hanya terfokus pada proses logika, kata-kata, matematika, dan urutan dominan lebih mengacu ke otak kiri. Akibatnya perkembangan otak siswa tidak maksimal dan miskin ide baru. Sedangkan otak kanan yang berurusan dengan irama musik, kreatif, gambar, dan imajinasi kreatif belum secara proporsional dikembangkan. Demikian pula dengan pusat emosional otak, belum dilibatkan dalam pembelajaran. Padahal, pusat emosi ini berhubungan erat dengan sistem penyimpanan memori jangka panjang.
Banyak sekali disekolah siswa hanya menerima satu jawaban permasalahan, dan jawaban itulah yang kemudian diajarkan pendidik serta diulangi kembali oleh siswa saat ujian. Tidak ada ruang untuk berpikir lateral, berpikir alternatif, terbuka maupun melihat dari sisi lain. Proses tersebut membuat siswa memiliki ketergantungan terhadap pendidik, karena siswa tidak dapat menentukan sendiri apa yang akan mereka pelajari. Siswa hanya dituntut untuk mengembangkan otak kiri sehingga pola pikir yang kreatif tidak dapat disalurkan. Siswa yang memiliki kemampuan otak kiri lebih tinggi dianggap siswa yang lebih pintar dan cerdas dibandingkan dengan siswa yang memiliki otak kanan lebih tinggi. Siswa yang lebih cenderung dengan otak kanan dianggap siswa yang tidak pintar dan hanya memiliki kemampuan standar. Namun hal tersebut belum tentu benar, siswa yang lebih cenderung dengan otak kanannya biasanya lebih kreatif, dan lebih imajinatif. Siswa tersebut lebih mampu mengontrol emosi dan perasaan dibanding dengan siswa yang cenderung dengan otak kirinya. Sudah semestinya peranan kedua otak tersebut seimbang sehingga tidak berat sebelah. Sehingga siswa yang lebih cenderung dengan otak kirinya lebih dapat mengontrol emosi. Serta tidak hanya unggul dalam bidang-bidang logika, tetapi juga memiliki kreativitas dan imajinatif yang tinggi. Permasalahan tersebut membuat banyak hal perlu diperbaiki dalam dunia pendidikan yang ada diindonesia antara lain sistem pendidikan yang ada sekarang ini. Bahwa sistem pendidikan di Indonesia tidak lebih dari sebuah penjara bagi siswanya. Karena siswa harus mengikuti beberapa pelajaran yang kurang disenangi yang menyebabkan terpenjaranya kreativitas.
Hal tersebut terjadi karena siswa tidak memiliki kebebasan untuk memilih pelajaran yang disenangi sesuai bakat dan minat siswa tersebut. Namun sistem pendidikan adalah suatu sistem yang sulit untuk diubah, tetapi masih memungkinkan untuk diperbaiki kedepannya. Sehingga Begitu berat tantangan pendidikan yang harus dihadapi, yakni tantangan globalisasi serta pengembangan pendidikan yang relevan dengan lingkungan kehidupan warga belajar yang didukung oleh masyarakat. Tantangan yang lebih berat lagi berkaitan dengan rendahnya mutu dan relevansi pendidikan yang sangat sulit untuk menaikannya. Dalam era globalisasi, saat ini dunia terasa semakin sempit. Jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan bumi barat akan segera diketahui dan ditransformasi di belahan bumi bagian timur dan seterusnya. Kondisi ini membawa dampak persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Agar dapat menghadapi dan mengikuti kondisi seperti di atas, pendidikan harus memberi bekal yang cukup pada generasi baru anak Indonesia saat ini maupun di masa datang. Mereka harus dibekali dengan berbagai kemampuan yang handal, yaitu antara lain kemampuan memperoleh, menganalisis, dan mengolah informasi dengan cermat serta kemampuan pemecahan masalah. Dengan menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan kemampuan otak kanan.

SDM Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Antarbangsa

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekuatan yang ada pada diri manusia, terdiri dari unsur-unsur fisik dan non-fisik. Unsur-unsur fisik adalah kesehatan, kebugaran, dan daya tahan, sedangkan non-fisik meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, dan emosi. Substansi mutu SDM dibentuk dari dua segi yaitu potensi dasar dan pendidikan/pengajaran. Masalah sumber daya manusia kini masih terus menjadi bahan perbincangan yang hangat berbagai kalangan dan dalam berbagai kesempatan. Namun jika dicermati benar, sesungguhnya kesadaran akan pentingnya sumber daya manusia sudah bedangsung cukup lama. Bagi bangsa Indonesia hal tersebut tentu saja lebih menyakinkan lagi, karena masalah SDM atau lebih khusus lagi peningkatan kualitas SDM, secara eksplisit disebutkan sebagai titik sentral pembangunan nasional. Agar sektor pendidikan mampu mendorong semua proses pemberdayaan bangsa, harus direncanakan dan diprogramkan secara sistematis dan proaktif. Untuk dapat melakukan hal ini, kita perlu melakukan upaya-upaya yang bersifat reflektif dan reformatif. Upaya yang bersifat reflektif perlu dilakukan agar kita tidak mengulang hal-hal yang keliru di masa depan. Bukan itu saja, dengan upaya yang bersifat reflektif, akhirnya kita akan mampu memberi makna suatu program dan proses pendidikan secara lebih kontekstual. Dengan cara seperti itu, pada akhirnya institusi pendidikan dapat membumikan programnya untuk memberdayakan peserta didik. Bukan sebaliknya, peserta didik yang justru harus dikendalikan agar cocok dan sesuai dengan program serta proses yang telah ada di suatu institusi pendidikan. Kalau hal seperti itu sampai terjadi, pada akhirnya pendidikan akan terjebak pada kegiatan-kegiatan yang bersifat drilling. Kegiatan belajar yang demikian tidak akan mampu menolong peserta didik untuk mencari jati dirinya secara lebih mandiri. Akhirnya, peserta didik tidak akan mampu mengembangkan kemampuan imajinatif yang bermanfaat untuk menumbuhkan kreativitas yang inovatif. Upaya yang bersifat reformatif dalam proses pendidikan juga sangat diperlukan agar pendidikan kita tidak berjalan di tempat.
Tujuan utama melakukan upaya yang bersifat reformatif dalam sektor pendidikan ialah untuk melakukan rekonstruksi sosial ke arah bentuk masyarakat madani ideal seperti yang dicita-citakan. Dengan upaya yang reformatif, semua praksis pendidikan yang bertentangan dengan proses demokratisasi kehidupan yang sehat, adil, dan berharkat, perlu disingkirkan. Dengan paradigma yang demikian itu, rekonstruksi sosial akan mampu membangun masyarakat menjadi masyarakat madani yang penuh dengan praktik-praktik kehidupan atas dasar kasih sayang antara sesama warga masyarakat secara egaliter.

1) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

a. Usaha Peningkatan Kualitas Kualitas SDM pada dasarnya berkenaan dengan keahlian, kemampuan dan ketrampilan kerja seseorang melakukan berbagai kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang ikut serta menentukan kualitas hidupnya.Secara garis besar, bagi tenaga yang berada pada tingkat bawah/operasi menyangkut kualitas tehnis operasionalnya, yang menengah berkenaan dengan kualitas teknis operasional, supervisor dan managerialnya, dan bagi tenaga kerja tingkat tinggi menyangkut kualitas managerial dan komunikasinya.

2) Jalur Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk keperluan peningkatan kualitas, pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga jalur utama, yaitu jalur pendidikan formal , jalur latihan kerja dan jalur pengembangan ditempat kerja, yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Jalur Pendidikan Formal, terdiri dari pendidikan umum dan kejuruan mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama dan atas, dan perguruan tinggi. Jalur pendidikan formal bertujuan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis, serta pengembangan watak dan kepribadian.

b. Jalur Latihan Kerja, yaitu proses pengembangan keahlian dan ketrampilan kerja . Latihan kerja menekankan peningkatan kemampuan professional dan mengutamakan praktek daripada teori. Sistem latihan kerja dapat dipandang sebagai kelengkapan atau suplemen sistem pendidikan formal. Tegasnya, nilai-nilai masyarakat yang menyangkut sikap mental, moral dan dedikasi terhadap pelaksanaan tugas dapat dikembangkan meialui sistem latihan kerja. Nilai-nilai pengembangan bakat, kreativitas, inovasi, ketrampilan dan motivasi kerja biasanya ditumbuhkan dilingkungan pendidikan formal dan dikembangkan dalam proses latihan kerja. Sehingga daiam hal ini program latihan dapat memberikan tambahan nilai bagi keluaran sistem pendidikan formal.

c. Jalur Pengalaman Kerja, yaitu wahana meialui mana seseorang dapat meningkatkan pengetahuan teknis maupun ketrampilan kerjanya dengan mengamati orang lain, menirukan dan melakukan tugas-tugas pekerjaan yang ditekuninya. Dengan melakukan pekerjaan secara berulang-ulang, seseorang bukan saja akan menjadi lebih mahir meiaksanakan tugasnya tetapi juga akan terbuka peluang baginya untuk menemukan cara-cara kerja yang lebih praktis, efisien dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud.

Pendidikan berwawasan global dapat dikaji berdasarkan dua perspektif: Kurikuler dan perspektif Reformasi. Berdasarkan perspektif kurikuler, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan profesional dengan meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya dalam kaitan dengan kehidupan masyarakat dunia, dengan ciri-ciri: a) mempelajari budaya, sosial, politik dan ekonomi bangsa lain dengan titik berat memahami adanya saling ketergantungan, b) mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat dan c) mengembangkan berbagai kemungkinan berbagai kemampuan dan keterampilan untuk bekerjasama guna mewujudkan kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan berwawasan global akan menekankan pembahasan materi yang mencakup: adanya saling ketergantungan di antara masyarakat dunia,adanya perubahan yang akan terus berlangsung dari waktu ke waktu, adanya perbedaan kultur di antara masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat oleh karena itu perlu adanya upaya untuk saling memahami budaya yang lain, adanya kenyataan bahwa kehidupan dunia ini memiliki berbagai keterbatasan antara lain dalam ujud ketersediaan barang-barang kebutuhan yang jarang, dan untuk dapat memenuhi kebutuhan yang jarang tersebut tidak mustahil menimbulkan konflik-konflik.
Berdasarkan perspektif reformasi, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat sangat kompetitif dan dengan derajat saling ketergantungan antar bangsa yang amat tinggi. Pendidikan harus mengkaitkan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat global. Oleh karena itu sekolah harus memiliki orientasi nilai, di mana masyarakat kita harus selalu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat dunia.
Implikasi dari pendidikan berwawasan global menurut perspektif reformasi tidak hanya bersifat perombakan kurikulum, melainkan juga merombak sistem, struktur dan proses pendidikan. Pendidikan dengan kebijakan dasar sebagai kebijakan sosial tidak lagi cocok bagi pendidikan berwawasan global. Oleh karena itu, sistem dan struktur pendidikan harus bersifat terbuka, sebagaimana layaknya kegiatan yang memiliki fungsi ekonomis. Kebijakan pendidikan yang berada di antara kebijakan sosial dan mekanisme pasar, memiliki arti bahwa pendidikan tidak semata ditata dan diatur dengan menggunakan perangkat aturan sebagaimana yang berlaku sekarang ini, serba seragam, rinci dan instruktif

Pergeseran Paradigma Pendidikan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sangat menuntut hadirnya perubahan paradigma pendidikan yang berorientasi pada pasar dan kebutuhan hidup masyarakat.

Beberapa pergeseran paradigma pendidikan, antara lain:

  1. Pendidikan yang berorientasi pada pengetahuan bergeser menjadi pengembangan ke segala potensi yang seimbang. Pada pendidikan orientasi pendidikan lebih menekankan pada pemindahan informasi yang dimiliki kepada peserta didik (bersifat kognitif). Dari keseragaman pembelajaran bersama yang sentralistik menjadi keberagaman yang terdesentralisasi dan terindividulisasikan. Hal ini seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dimana informasi dapat diakses secara mudah melalui brbagai macam media pembelajaran secara mandiri, misalnya; internet, multimedia pembelajaran, dsb.
  2. Pembelajaran dengan model penjenjangan yang terbatas menjadi pembelajaran seumur hidup. Belajar tidak hanya terbatas pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi, namun belajar dapat dilakukan sepanjang hayat, yang tidak terbatas pada tempat, usia, waktu, dan fasilitas.
  3. Dari pengakuan gelar kearah pengakuan kekuatan-kekuatan nyata (profesionalisme). Dilihat dari kualitas pendidik, secara kuantitatif jenjang pendidikan yang dimiliki guru-guru SD, SLTP, SMU/SMK cukup menjanjikan. Hal ini ditunjukkan dengan gelar yang dimiliki pada pendidik, namun secara kualitas, sungguh memprihatinkan. Secara kualitatif bisa dilihat, motivasi belajar dan motivasi berprestasi dalam meningkatkan profesionalisme di kalangan pendidik sangat rendah. Pola pikir yang berkembang pada pendidik saat ini lebih loyal pada integrasi gaji dari pada loyalitas profesional, dengan nafsu mengejar pangkat, golongan, posisi dan tunjangan. Kondisi demikian sungguh memprihatinkan. Namun seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan persaingan global, kompetensi dan profesionalisme akan menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang dalam memenang persaingan hidup. Prestasi kerja menempatkan seseorang pada posisi kerja yang sesungguhnya.
  4. Pembelajaran yang berbasis pada pencapaian target kurikulum bergeser menjadi pembelajaran yang berbasis pada kompetensi dan produksi. Pencapaian target kurikulum bukan satu-satunya indikator keberhasilan proses pendidikan, keberhasil pendidikan hendaknya di lihat dari konteks, input, proses, output dan outcomes, sehingga keberhasilan pendidikan dapat dimaknai secara komprehensif.

Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era global dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan strategi pengembangan pendidikan, antara lain

  • Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan pada need assessment dan karakteristik masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
  • peran pemerintah bukan sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam pendidikan, namun pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator, fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
  • Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan pasar dan tuntutan teman saing.
  • Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain yang sangat peduli pada pendidikan.
  • Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
  • Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet, multi media pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb)


Sekilas dari Pendidikan

Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Merosot ?

Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut antara lain manajemen pendidikan, kualitas guru, sarana dan prasarana yang ada dan peran serta masyarakat. Disampig itu perlu peninjauan kembali peraturan-peraturan pemerintah yang mendukung terciptanya kondisi aktual tersebut. Oleh sebab itu perlu pemikiran kembali pembangunan pendidikan dengan melakukan berbagai perbaikan yang mengikutsertakan berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah :
  • Menghimpun masukan dari berbagai pihak dan mengkaji isu-isu strategis pendidikan.
  • Melakukan telaah kritis terhadap kondisi pendidikan.
  • Mendorong terbangunnya wacana baru dan opini publik yang konstruktif dan terarah di bidang pendidikan